Memperkuat Suara Perempuan dalam Pengelolaan Sampah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
SPEAK Indonesia
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengumumkan situasi darurat terkait pengelolaan sampah di wilayahnya pada bulan September 2022. Sebuah keputusan gubernur dikeluarkan, yang mengakibatkan penutupan area pembuangan sampah terakhir di Piyungan.
Keputusan tersebut juga menyatakan peran masyarakat, baik sebagai individu maupun kelompok, untuk melakukan tindakan inovatif dalam mengurangi sampah dari rumah mereka dan mempromosikan mekanisme penggunaan kembali dan daur ulang untuk sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan seluas 12,5 hektar (Ha) yang dibangun pada tahun 1994 ini menampung seluruh sampah yang dibuang oleh kabupaten/kota di Provinsi DIY yang rata-rata sekitar 750 ton/hari. Produksi sampah cenderung meningkat dari waktu ke waktu, dari 650 ton/hari di tahun 2019 menjadi 1.231 ton/hari di tahun 2023, di mana hanya sekitar 740 ton/hari yang dapat ditangani dan diolah di Piyungan, sisanya tidak jelas. Secara teori, umur Piyungan hanya sampai tahun 2012, namun pada kenyataannya, masih digunakan sampai sekarang karena tidak ada alternatif lain.
Pada bulan November 2022, program Voices for Just Climate Action (VCA) memfasilitasi pertemuan forum pemangku kepentingan, di mana semua pihak berkomitmen untuk mengoptimalkan perannya dalam mempromosikan dan mendorong program pemilahan sampah di rumah (SSW) di daerah masing-masing. VCA juga mengadvokasi Pemerintah Kelurahan dan tokoh masyarakat untuk memantau dan mengawasi program ini. Sejak saat itu, Women Federation (WF), sebagai aktor kunci dalam VCA di tingkat akar rumput, telah memainkan peran penting dalam mengadvokasi implementasi program. Lokakarya kolaboratif diadakan sebagai bagian dari peresmian dan advokasi Hari Peduli Sampah Nasional 2023. Dalam lokakarya tersebut, WF berbagi pengalaman dan praktik terbaik mereka, khususnya dari wilayah Gedong Kiwo, tentang peran dan upaya perempuan dalam mendukung aksi pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dan solusi alternatif untuk mengatasi situasi “darurat” dalam pengelolaan sampah.
VCA juga mendukung pemerintah untuk memperluas kolaborasi dengan pihak-pihak lain, seperti komunitas, organisasi masyarakat sipil, universitas, media, sektor swasta, dan lainnya. Dalam pertemuan pada bulan Agustus 2023, dengan Wakil Gubernur Yogyakarta, VCA, melalui SPEAK Indonesia (aliansi SDI), menyatakan komitmennya untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi masalah pengelolaan sampah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DIY, Bapak Kuncoro, mengatakan bahwa Dinas Lingkungan Hidup melalui Program Jogja Hijau mengharapkan proses pemilahan sampah dapat berakhir di tingkat rumah tangga. “Ini akan dimulai di 10 desa sebagai tahap awal dan percontohan,” kata Kuncoro. Yang Mulia (HE) Sri Paduka KGPAA Paku Alam X (gelar kerajaan untuk Wakil Gubernur) menyambut baik inisiatif dan percontohan tersebut.ve dan percontohan tersebut.
Salah satu dari 10 desa yang terpilih adalah Desa Sadonoharjo. Untuk mempercepatalam program ini, pemerintah juga mengundang sektor swasta untuk berpartisipasi. Salah satunya adalah perusahaan multinasional bernama Astra International (AI). AI mengalokasikan Rp 1,250 juta (Eur76.000) untuk meningkatkan pengelolaan limbah padat di Desa Sadonoharjo dan mendukung program berbasis masyarakat. organisasi yang mengelola program persampahan di Kelurahan, yaitu Tempat Pengolahan Sampah Brahma Muda. AI berharap Brahma Muda dapat mengurangi produksi volume sampah di tingkat masyarakat sebagai tindakan untuk mengurangi beban sampah di Piyungan. Di Brahma Muda, masyarakat dilatih untuk menerapkan konsep reduce, reuse, dan recycle (3R) secara efisien dansecara efektif.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, provinsi ini terus memperkuat kolaborasi dengan pihak-pihak yang lebih luas dengan membuka pendekatan kolaborasi pentahelix yang melibatkan CSO/LSM, universitas, media, masyarakat, dan sektor swasta. Inisiatif ini diharapkan dapat mengatasi masalah pengelolaan sampah di setidaknya 10 desa yang dipilih sebagai daerah percontohan. Kolaborasi ini sejalan dengan Program Green Yogya dan misi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu zero-waste dari desa/kelurahan. kelurahan.