Indonesia | Solusi Iklim Berbentuk Lokal | Hivos
Lunggi Randa, “Ratu” Pembela Hutan Adat Wundut
Lunggi Randa (63 tahun), adalah seorang pemimpin adat Marapu. Selain sebagai tokoh adat Marapu, Lunggi Randa juga merupakan seorang petani di Desa Kambata Wundut, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Marapu adalah agama asli yang dipraktekkan oleh beberapa penduduk lokal Pulau Sumba yang mendasarkan kepercayaan mereka pada roh nenek moyang mereka. Dalam kepercayaan Marapu, Lunggi Randa adalah seorang Ratu atau Pemimpin Spiritual dalam komunitas adat. Sebagai seorang Ratu, Lunggi Randa memiliki tanggung jawab untuk mengatur pola hubungan antar anggota masyarakat adat, baik hubungan antar sesama warga, hubungan masyarakat adat dengan Sang Pencipta maupun hubungan masyarakat adat dengan alam. Lunggi Randa dan anggota masyarakat adat lainnya melestarikan Hutan Adat Matawongu di Kabupaten Sumba Timur. Bagi Lunggi Randa, hutan adat merupakan penyangga kelangsungan hidup masyarakat adat Marapu, karena hutan yang mereka jaga menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Marapu: kayu untuk pembangunan rumah adat, bahan pangan, sayur-sayuran, rempah-rempah, tempat mencari mangsa hingga tanaman obat, menyediakan air untuk semua kehidupan di hulu dan hilir. Bagi masyarakat adat Marapu, dalam memanfaatkan hutan, masyarakat dilarang mengambil atau mengeksploitasi hutan di luar kebutuhan yang telah ditetapkan dalam musyawarah adat, agar keberlangsungan ekosistem tetap terjaga. Dalam konsep menjaga kelestarian hutan adat, Lunggi Randa dan Masyarakat Adat Marapu akan melaksanakan Hamayang Kacua Utang, sebuah ritual adat yang bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan. Menurut kepercayaan masyarakat Marapu, ritual ini bertujuan untuk memanggil kembali jiwa atau roh semua tumbuhan, hewan, burung dan semua makhluk hidup yang membentuk ekosistem hutan yang telah mati karena kebakaran hutan, penebangan, perburuan liar, dll. Setelah roh-roh tersebut dipanggil kembali, hutan akan kembali seperti semula. Setelah roh-roh tersebut dipanggil, maka melalui ritual tradisional, mereka akan dikirim kembali ke Sang Pencipta. Lunggi Randa berharap bahwa praktik-praktik baik yang mereka lakukan dapat menjadi solusi lokal dalam berkontribusi terhadap perubahan iklim global.
Tambahkan suara Anda
Bergabunglah dengan Voices for Just Climate Action dan buat perbedaan di komunitas lokal Anda
Bergabunglah dengan kami